KHUTBAH I

الحَمْدُ للهِ الّذِي لَهُ مَا فِي السمَاوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ وَلَهُ الحَمْدُ فِي الآخرَة الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وهو الرّحِيم الغَفُوْر. . أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبهِ الهَادِيْنَ لِلصَّوَابِ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ اْلمَآبِ.

اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Hadirin sidang jum’at rahimakumullah

Bersama-sama marilah kita segarkan kembali kualitas keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dengan jalan kita berusaha sekuat tenaga agar semakin hari fikiran kita semakin cerdas, semakin pandai membaca tanda-tanda kebesaran Allah yang digelar di alam semesta ini, hati kita,kita buka seluas-luasnya sehingga semakin tajam untuk menangkap segala apa yang diberikan oleh Allah sebagai tabir dan pelajaran kepada kita. Seluruh konsentrasi dan anggota badan kita, kita maksimalkan untuk menabung dan mewujudkan prestasi-prestasi nyata dalam bentuk amal shalih, sehingga di mana pun kita sebagai seorang muslim berada senantiasa kita akan mampu menjadi cermin, menjadi teladan bagi lingkungan kita di mana kita berada, setiap problem yang timbul senantiasa akan bisa kita ikut memecahkan dan di mana pun kita bekerja, senantiasa akan mampu memberikan nilai tambah, kebaikan, kesejahteraan, kemakmuran bagi masyarakat banyak. Sugguh-sungguh sekiranya kualitas ketaqwaan bisa terwujud dalam bentuk yang seperti itu, maka tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk tampil dipaling belakang, di derajat yang paling rendah, tetapi sebaliknya, setiap muslim akan selalu ada di garda terdepan. jadi pelopor dan perintis setiap perubahan. bahkan menjadi pengarah setiap dinamika sosial, dan pada unjungnya insyaallah islam akan bisa tampil sebagai nilai alternatif untuk mengatur masa depan peradaban manusia.

Hadirin sidang jum’at rahimakumullah

Sebentar lagi kita memasuki tahun baru 2018 Masehi . Tahun ini tahun umat Islam, bukan tahun orang Kristen. Rugi besarlah umat Islam kalau tahun ini disebut sebagai tahun Kristen. Orang Arab menyebut tahun ini sebagai tahun Syamsiah.  Tahun yang menggunakan peredaran matahari sebagai penentu penghitungan waktunya. Bahasa Arabnya disebut Falak. Sedangkan kalender satunya lagi Tahun Qamariah (Hijriah), yang menggunakan peredaran bulan sebagai penentu penghitungannya. Orang Arab menyebutnya Qamariah.

Tahun Qamariah sudah digunakan oleh Bangsa Parsi dan orang suku Maya pada 6000 tahun yang lalu, sejak zaman Nabi Ibrahim. Kalau tahun Syamsiah (Masehi ) tahunnya orang Kristen, kita akan merasa keberatan karena sangat merugikan kita. Tahun Masehi digunakan orang Kristen karena pada waktu itu dipaksa oleh Raja Romawi yang menjajah Palestina sewaktu Yesus lahir. Makanya Nabi Isa lahir ditulis menggunakan kalender matahari.

Penetapan kalender matahari sampai sekarang tahun 2017 dimulai oleh Pendeta. Waktu itu seluruh jajahan Eropa diwajibkan oleh Paus menggunakan kalender matahari. Bangsa Indonesia dijajah Belanda, menggunakan kalender matahari. Tapi Sultan Agung menggunakan kalender bulan, dengan bahasa Jawa seperti Rebo Pahing, Jum’at Kliwon, dan seterusnya.

Ternyata kalender matahari tertera dalam Al-Qur’an, tapi tidak ada di Injil dan Bibel (Taurat). Oleh karena itu kalender matahari jangan disebut sebagai tahunnya orang Kristen.

” Bagaimana kita mau menyebut kalendernya orang Kristen sedangkan di Kitab Sucinya tidak tertulis. Mereka karena dipaksa oleh Julius Caesar menggunakan kalender matahari. Sedangkan kalender kita ditulis di Al-Qur’an”.

Dalam Surat Al-Isra, ayat 12 dijelaskan tentang kalender matahari.

وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ آيَتَيْنِ ۖ فَمَحَوْنَا آيَةَ اللَّيْلِ وَجَعَلْنَا آيَةَ النَّهَارِ مُبْصِرَةً لِتَبْتَغُوا فَضْلًا مِنْ رَبِّكُمْ وَلِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ ۚ وَكُلَّ شَيْءٍ فَصَّلْنَاهُ تَفْصِيلًا

”Dan Kami jadilan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran Kami). Kemudian Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang benderang agar kamu (dapat) mencari karunia dari Tuhanmu, dan agar kamu mengetahui bilangan tahun dan penghitungan (waktu). Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas.”

Fungsi kedua matahari disebutkan dalam al-Qur’an untuk menghitung tahun (matahaari) dan menghitung waktu (matahari), karena ada juga penghitungan waktu Qomariah. Perhitungan waktu matahari dalam setahun berbeda 11 hari dengan perhitungan bulan, sehingga setiap 30 tahun, tahun Syamsiah menjadi 31 tahun.

Mengenai tahun bulan, Allah wahyukan dalam Surat Yunus ayat 5 dan 6.

هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (5) إِنَّ فِي اخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُونَ (6(

“ Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Sesungguhnya pada pergantian malam dan siang, dan apa yang diciptakan Allah di langit dan bumi, pasti terdapat tanda-tanda (kebesaran-Nya) bagi orang-orang yang bertaqwa.”

Dalam surat Yasin ayat 38 – 40 juga dijelaskan, 

وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ (38) وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ (39) لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ (40(

“Dan matahari berjalan di tempat perederannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa dan Mahamengetahui. Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak bisa mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.”

Dalam pengamalan hidup sehari-hari, tahun matahari dan tahun bulan sama-sama dipakai. Kalau menentukan waktu shalat menggunakan perhitungan matahari, karena kegiatan manusia banyaknya dilakukan di siang hari. Waktu istirahat kerja, di negara mana pun, waktunya tepat pada saat makan siang dan waktu shalat dhuhur. Berhenti kerja, bertepatan dengan waktu shalat ashar. Saat maghrib, orang kebanyakan sudah berhenti bekerja semua. Saat maghrib dan isya, waktunya sengaja oleh Allah didekatkaan agar mereka bisa langssung istirahat dan tidur. 

Dalam Al-Qur’an disebutkan, “Waktu malam dijadikan untuk tidur.” Tidur yang paling nikmat setelah Isya.’ Nabi menganjurkan agar segera tidur malam agar bisa bangun lagi pada malam hari untuk shalat tahajud.

Dalam kegiatan ibadah puasa, perhitungan tahun matahari dan tahun bulan sama-sama dipakai. Dalam Hadis Nabi dijelaskan, “Berpuasalah kamu sekalian karena melihat bulan dan berlebaranlah kamu dengan melihat bulan.” Berarti dalam menentukan awal Ramadhan dan 1 Syawal menggunakan bulan. Sedangkan mulai berhenti makan (imsyak) dan berbuka puasa, penentuan waktunya menggunakan matahari.

Jadi penentuan awal puasa dan 1 Syawal menggunakan bulan dan penentukan sahur dan berbuka puasa mengunakan matahari. Tidak ada yang menyebutkan penentuan awal Ramadhan dan 1 Syawal mengikuti Saudi Arabia. Kalau mengikuti Saudi, tidak sah puasanya. Demikian pula Idul Adha dan wukuf di Arafah, tidak ada urusan dengan Saudi Arabia.

Urusan haji juga diterangkan oleh Allah dalam Al-Qur’an, “Mereka bertanya kepadamu Muhammad tentang bulan, Jawab Muhammad untuk menetapkan waktu bagi manusia dan haji.” Wukuf itu ditentukan oleh bulan, bukan mengikuti Saudi Arabia. Wukuf mengikuti waktu Saudi merupakan kesalahan yang fatal sekali. Saudi hari ini sudah wukuf berarti umat Islam di Indonesia besok harus Lebaran Haji. Kita shalat Idul Adha jam 07.00, sedangkan di Saudi masih jam 2 malam. Berarti kita tidak ikut Saudi melainkan mendahului Saudi.

Republik Islam Iran menggunakan dua format penanggalan, untuk hari kenegaraan menggunakan penanggalan Syamsiah & untuk hari-hari besar keagamaan menggunakan penanggalan Qomariyah.

Dari penjelasan ini, kita patut merubah pikiran kita bahwa kalender Masehi merupakan milik umat Muslim bukan milik umat Kristen. Untuk itu marilah kita sambut tahu baru 2018 ini secara wajar dan tepat. Kebahagiaan terhadap tahun baru semestinya diarahkan kepada rasa syukur terhadap masih tersisanya usia, bukan uforia kebanggaan atas tahun baru itu sendiri. Sisa usia itu merupakan kesempatan untuk menambal kekurangan, memperbaiki yang belum sempurna, dari perilaku hidup kita di dunia. Tahun baru lebih tepat menjadi momen muhasabah (introspeksi) dan ishlah (perbaikan).

Semoga kita menjadi pribadi yang orang-orang yang mampu menunaikan sisa usia kita dengan sebijak-bijaknya, dan terhindar dari perbuatan dan perkataan yang sia-sia. Amiin. Wallahu a’lam bisshawâb.

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ.  إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا



أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ



اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ