Oleh : Ulin Nuha

Akar tidak akan pernah cabut dari tanah
Guncangan pohon utama akan selalu mengarah
Rintihan,ayunan, dan gerakan tetap tidak pernah terbantah
Kakiku sekan berat dan lupa bagaimana cara untuk melangkah
Ayunan tangan tidak kuasa untuk mencegah
Meski sang Jendralpun Bertintah
Timbalan sang ayah tidak akan terbantah

Diriku harus bagaimana
Karena ini bukan target utama
Rasa cinta sekan hilang dan sirna
Karena bukan ini yang kupinta

Engkau tega ayah..
Engaku menempatkanku didalam dinding bertatah
Rapat, sunyi, dan berteman dengan rasa gerah
Seakan diriku asing dan sepi dikeramaian barisan sajadah

Diriku tidak kuasa untuk nyaman
Tindakan dan fikiran tidak sejalan
Su’udzon mulai mengauasai tahta pikiran Hingga rasa ingin pergi dari tempat asahan

Namun akupun tidak kuasa
Sedih jika aku ingin meronta
Karena ini bukan untukku semata
Namun untuk ayahku tercinta
hanya rasa ikhlas dan tabah yang menggelora
untuk mengutkan diri ini semata
Pelan mulai nyaman apa yang ada
Ikhlas tertatih tatih diriku tancapkan didada
Hilangkan kegaduhan yang menguasai sukma
Siap ditempa, diasah, entah itu bagaimana caranya

Engaku mulai mengajarkan diriku arti Keberkahan
Mulai mengajarkan diriku kesederhanaan
Mengasah diriku arti sebuah kedewasaan
Mempersiapan diriku menebarkan kebaikan

Mahabah mualai melogikan fikiran
Syukur terucap dalam perkataan
Teriring waktu memprioritaskan pengabdian

Penyesalan selalu terbayang
Rasa bersalah selalu terkengkang
Tubuh sekan ingin mengulang
Menfaatkan semuanya tanpa canggung

Penempaan ini melatih tindakan
kebaikan vertikal horizontal selalu ditegakan
arahan sang kiyai tetancapkan dalam fikiran
asah asih awal kemandirian
mematahkan bahwa semua hidup sesuai alur rangcangan
engku berjasa dalam perbuahan semua yang terkesan
membekas dalam sanubari tanpa tekanan
engaku selelalu terbaik dalam kehidupan
yaitu….


MAHAROTUL HAYAH DAARUN NAJAAH