Di era perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat dewasa ini, kehidupan manusia sangat tergantung pada teknologi. Hampir semua aktivitas kehidupan manusia tidak lepas dari kemudahan-kemudahan yang dihasilkan dari perkembangan teknologi. Sampai-sampai saat ini pun, berkat teknologi, kita sudah hidup di dua dunia, yakni dunia nyata dan dunia maya.

Perubahan pola hidup manusia ini tentu membawa pengaruh, baik positif maupun negatif, sehingga memerlukan kesiapan mental dan spiritual dari setiap individu kita. Tanpa kesiapan dan pengendalian diri, kita akan terombang-ambing dengan berbagai informasi yang saat ini setiap detik membanjiri dunia maya, khususnya di media sosial. Ketika terombang-ambing maka kita akan mudah terjerumus dan jauh dari Allah SWT.

Dulu, akses informasi tak semudah di era digital sekarang. Tapi, justru di sinilah tantangannya. Banjirnya informasi menuntut kita cermat memilih sumber informasi yang benar-benar valid dan bisa menjadi rujukan dalam menentukan langkah kehidupan. Bisa dikatakan, orang yang sukses saat ini bukanlah orang yang memiliki banyak informasi, melainkan orang yang mampu menyaring informasi.

Terkait dengan setiap informasi yang kita terima, Allah subhanahu wata’ala sudah mengingatkan melalui firman-Nya dalam QS Al-Hujurat Ayat 6:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهَٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَٰدِمِينَ 
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” 

Dalam tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah dijelaskan bahwa kalimat:  فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهٰلَةٍ (maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya) adalah memastikan kebenaran dari berita yang kita terima. Dan termasuk dari memastikan ini adalah bersikap tenang tanpa tergesa-gesa; mengendalikan diri, tidak mudah tersulut, dan memperhatikan apa yang sedang terjadi dari berita yang ada sehingga dapat jelas kebenarannya. 

Dari penjelasan ini jelaslah bahwa kita harus mengendalikan diri, tidak boleh terburu-buru dengan langsung mempercayai segala informasi yang kita terima. Kita harus menelusuri siapa, dari mana, dan atas motif apa berita tersebut muncul dengan langkah klarifikasi, cek dan ricek, atau bertabayun. Terlebih di media sosial, banyak oknum yang menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian untuk kepentingan tertentu. 

Saat ini kita sudah memasuki era yang disebut sebagai era post-truth atau pasca-kebenaran, yakni saat kebenaran semakin diabaikan karena masifnya berita-berita tidak benar. Kebenaran saat ini bisa dianggap tidak benar dan ketidakbenaran bisa dianggap kebenaran akibat informasi tidak benar yang lebih banyak dari informasi yang benar. Orang pun akan menampik kebenaran ketika banyak menerima ketidakbenaran walaupun ia mendengar atau bahkan melihatnya. Tujuannya tidaklah lagi sekadar untuk membalikkan fakta namun untuk menumbangkan kebenaran tersebut.

Contoh nyata dari fenomena ini bisa kita lihat sekarang yakni terkait pandemi Covid-19 yang melanda dunia di mana sudah ada satu juta lebih orang yang meninggal dunia karenanya. Akibat pandemi ini berbagai sektor pun terdampak seperti sektor ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.

Namun karena masifnya propaganda dan berita tidak benar yang dikonsumsi, masih saja ada masyarakat yang tidak percaya dengan pandemi Covid-19 ini. Hal ini tentu sangat memprihatinkan karena tentu akan mengakibatkan masyarakat abai untuk bersama-sama memutus rantai penyebaran virus Corona.

Oleh karena itu, sudah saatnya kita untuk membekali diri dengan pengendalian diri agar kita tidak terseret informasi di era post-truth yang penuh dengan berbagai informasi tipu daya yang merugikan diri sendiri dan orang lain.

Tulisan diambil dari khutbah pengasuh Life Skill Daarun Najaah, Dr. KH. Ahmad Izzuddin, M.Ag.