Bulan Dzulhijah adalah bulan dimana umat Islam yang mampu diwajibkan menunaikan ibadah haji ke Baitullah untuk memenuhi rukun Islam yang kelima. Allah SWT berfirman dalam Quran Surah Ali Imron ayat 97 yang artinya ” Dan hanya karena Allah diwajibkan haji atas manusia ke Baitullah, yaitu terhadap mereka yang telah sanggup melaksanakan kewajiban tersebut, sungguh Allah tidak menghajatkan apa-apa dari alam semesta ini.” Juga dalam Quran Surah Al Haj ayat 27-28 yang artinya “Dan panggillah manusia untuk melakukan ibadah haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kami dan dengan kendaraan yang melelahkan dari pelosok-pelosok penjuru dunia, agar mereka menjadi saksi akan banyaknya manfaat bagi perjalanan mereka.”

Perjalanan haji adalah perjalanan suci dengan niat suci memenuhi panggilan Ilahi. Jika di dunia ini ada kebahagiaan, maka tak ada kebahagiaan yang lebih mulia dari pada memenuhi panggilan Allah. Kebahagiaan yang tumbuh dari hati yang beriman meski harus banyak berkurban, banyak uang yang dibelanjakan, sanak keluarga yang ditinggalkan, tenaga yang harus dikerahkan, banyak waktu yang diluangkan. Namun begitu sampai di hadapan Ka’bah, rasa nikmat hatilah yang dirasakan. Jerih payah tidak terasa, jauh dari kampung halaman tidak mengapa, tak terasa mengucur air mata, rasa bahagia menyelimuti sekujur dirinya, laksana bayi berada dalam pelukan ibu bapaknya. Tenang dan tenteram hati dibuatnya. Maka meluncurlah dari mulutnya kata-kata manja penuh puja dan doa, penuh harapan dan permintaan yang selama ini terpendam dalam dada. Ka’bah yang selama ini menjadi kiblat tiap kali dalam salatnya, ke arah mana wajahnya dihadapkannya, kini benar-benar ada di depan matanya. Dia bukan hanya bisa memandangnya, tapi sekaligus bisa menyentuhnya dan mencurahkan isi hati di sisinya.

Di Ka’bah orang yang menunaikan ibadah haji disuruh bertawaf yakni mengelilinginya sebanyak tujuh kali. Para ulama menilai bahwasanya tawaf mengandung hikmah yang sangat tinggi, yaitu agar tertanam di hati tiap mukmin gaya hidup yang hanya berporos kepada kehendak Allah. Agar baik dalam pikiran, perkataan, maupun perbuatan di sepanjang kehidupannya hanya untuk Allah semata. Gaya hidup inilah yang dikehendaki Allah, sebagaimana  Ia berfirman dalam Quran Surah Al An’am ayat 162 yang artinya “Katakanlah sesungguhnya salatku dan ibadahku serta hidup dan matiku adalah untuk Allah Tuhan semesta alam.” Ini potongan doa Iftitah yang selalu kita baca pada setiap kita salat. Sayang sekali banyak di antara kita yang di dalam kehidupan belum bisa menjabarkannya dengan baik. Saat tawaf orang tidak hanya berjanji dengan perkataan, tapi diperagakan dengan mengelilingi Ka’bah 7 kali setiap tawaf.  Itulah sebabnya Nab saw.  bersabda “Tawaf itu adalah salat, karenanya sedikitkanlah olehmu perkataan di dalamnya.” {HR. Thobroni}

Padang Arafah dikenal sebagai tempat pertemuan Adam dan Hawa, di tempat itu jamaah haji diperintahkan untuk melakukan ibadah wukuf dengan manusia dari berbagai penjuru. Mereka semua berbeda namun perbedaan itu semuanya ditanggalkan. Termasuk pakaian kebesaran, digantikan dengan pakaian seragam ihram, yaitu kain putih tanpa dijahit. Di Padang Arafah inilah mereka semua tunduk di hadapan Allah SWT.  Tak ada kelebihan sedikit pun di hadapan Allah SWT. Orang yang palng mulia di sisi Allah hanyalah orang-orang yang paling takwa kepada-Nya. Jamaah haji yang benar-benar melakukan wukuf akan tertanam kesadaran kesamaan derajat dan martabat.

Mina yang dikenal sebagai tempat Nabi Ibrahim as., Nabi Ismail as., dan Siti Hajar ra. melempari iblis, karena ia menggoda mereka, di tempat itu jamaah haji diperintahkan untuk melontar jumrah, satu ibadah yang menggambarkan melontar iblis terkutuk yang akan menanam kesadaran untuk selalu berpaling dari hawa nafsu mereka, dan menolak keinginan-keinginan dan bujukan-bujukan setan. Bukit Sofa dan Marwah yang tercatat sebagai tempat Siti Hajar mencari air untuk anaknya Ismail, di tempat itu jamaah haji diperintahkan untuk melakukan ibadah Sa’i, berlari-lari kecil yang menggambarkan, bahwa untuk memperoleh rahmat dan karunia Allah, manusia harus bekerja keras tidak boleh malas.