Semarang (28/01/2021), Sebanyak 7 (tujuh) santri Pondok Pesantren Life Skill Daarun Najaah mengikuti acara Pelatihan Budidaya Lele dengan Sistem Bioflok, Pembuatan Pakan Non Pelet (Magot), dan Smart Farming di Balai Pelatihan Koperasi dan UMKM Jawa Tengah.
Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari yaitu hari Selasa hingga Rabu, 26 sampai 27 Januari 2021.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh BAZNAS Provinsi Jawa Tengah tersebut bertujuan untuk meningkatkan kewirausahaan pondok pesantren, terutama saat pandemi covid-19.
“Kegiatan ini bertujuan untuk membangkitkan perekonimian di Indonesia, khususnya di kalangan podok pesantren, mualaf centre, dan binaan lainnya, terutama untuk menghadapi situasi dan kondisi saat ini,” kata Rajimin selaku ketua Panitia.
Acara pelatihan tersebut dibuka oleh Ketua BAZNAS Provinsi Jawa Tengah, Dr. KH. Ahmad Darodji, MSi. Dalam sambutannya, beliau sangat berharap agar para santri mengikuti kegiatan pelatihan ini dengan serius dan mampu mengimplementasikan dipondok.
“Kegiatan pelatihan ini diambil dari uang zakat, yang harapannya dapat mengubah mustahiq (penerima zakat) menjadi muzakki (pemberi zakat). Untuk itu saya berharap betul para santri dapat mempraktikan pelatihan ini dipondok, untuk meningkatkan UMKM pondok, agar dari mustahiq menjadi muzakki” tutur Dr. KH. Ahmad Darodji, Msi, Ketua BAZNAS Provinsi Jawa Tengah tersebut.
Kegiatan pelatihan diawali dengan budidaya lele sistem bioflok. “Keuntungan dari budidaya lele dengan sistem bioflok ini, kita memanfaatkan bakteri baik sebagai mengurai dari fases ikan menjadi makanan ikan, sehingga air dalam kolam lele tidak berbauk busuk. Selain itu lele yang dihasilkan kualitasnya lebih baik dan lebih efektif,” jelas Iwan selaku pelatih budidaya lele ini.
Kegiatan dilanjutkan dengan pelatihan pembuatan pakan non pelet (magot). Magot merupakan larva dari lalat hitam BSF, yang makanan utamanya adalah sampah organik.
“Dalam budidaya lele, pakan merupakan kendala utama bagi para petani lele, mengingat harga pelet (pakan lele) yang cukup tinggi. Dengan adanya magot ini menjadi alternatif untuk pakan lele, agar keuntungan yang diperoleh lebih banyak,” ujar Jafar sebagai pelatih pembuatan pakan non pelet (magot).
Selain pelatihan budidaya lele sistem bioflok dan pembuatan magot, peserta juga dibekali dengan pelatihan smart farming, yaitu hydroponik. Hydroponik dapat menjadi alternatif bagi pondok yang memiliki lahan sempit.
“Di pasaran, sayuran hydroponik memiliki harga jual yang lebih tinggi karena kualitasnya lebih baik, sehingga semua orang dapat menanan sayuran dengan hydroponik walaupun lahannya sempit,” terang pelatih hydroponik, Anggi.
Kegiatan tersebut diselenggarakan selama dua hari dengan diberi pelatihan intensif.
Kemudian masing-masing pondok yang mengikuti acara pelatihan, diberi modal usaha berupa dua set kolam lele, beserta benih lele, dan obat-obatnya, salah satunya Pondok Pesantren Life Skill Daarun Najaah.
“Alhamdulillah, selain ilmu yang bermanfaat, kami juga diberi modal usaha berupa dua set kolam lele dan benihnya, sehingga kami makin bersemangat untuk mengaplikasikannya di pondok,” ungkap Ulin Nuha salah satu peserta pelatihan dari Pondok Pesantren Life Skill Daarun Najaah.
Kegiatan ditutup dengan pemberian sertifikat kepada peserta pelatihan dan foto bersama sebagai kenang-kenangan. Para peserta difasilitasi konsultasi kepada pelatih jika kedepannya mengalami suatu kendala atau masalah dalam budidaya lele dengan sistem bioflok ini.
Pewarta: Shinta Mutiara Dewi// Editor: Vika Rachmania Hidayah