Menjadi santri adalah pilihan, menjadi mahasiswa yang berstatus santri juga pilihan. Seorang santri harus dapat menempatkan dirinya dimanapun dia berada. Dapat mengikuti perkembangan jaman namun tetap merawat tradisi ahlusunnah wal jama’ah. Jika kita menilik arti dari kata “santri” melalui KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) maka kata “santri” berarti (1) Orang yang mendalami agama Islam; (2) Orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh (Orang yang shaleh); (3) Orang yang mendalami pengajiannya dalam agama Islam dengan berguru ketempat yang jauh seperti pesantren dan lain sebagainya.

KH. Dr. Ahmad Izzudin, M.Ag selaku pengasuh Pesantren Life Skill Daarun Najaah selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada para santri-santrinya agar dapat selalu berada dalam koridor yang benar. Dalam arahannya beliau selalu menuturkan; “Bahwa kita tidak diperkenankan untuk sombong terhadap ilmu yang kita miliki, apalagi meremehkan orang lain.”

Gelar santri bukanlah gelar sembarangan yang harus dibangga-banggakan. Tetapi terdapat tanggungjawab moral yang besar untuk perubahan bangsa dan negara. Peran dari santri saat ini tidak dapat ditampik lagi. Karena dari jaman penjajahan, santri sudah ikut berperan untuk mengusir penjajah dari negara Indonesia ini. Jika melihat perkembangan jaman saat ini, santri seharusnya dapat menguasai berbagai bidang kehidupan bermasyarakat. Gelar santri tidaklah sempurna jika ilmu yang diperoleh hanya untuk dirinya sendri. Karena sebagai makhluk sosial dalam berbangsa dan bernegara, santri juga dituntut untuk memberikan manfaat kepada orang lain dalam rangka ibadah sosial.

Di era yang sekarang ini, sudah menjadi fardhu ‘ain untuk santri melakukan jihad-jihad kekinian seperti halnya dapat selalu moderat dan toleran di dunia maya. Sudah sepantasnya, santri aktif dan berani mentransfer, mengkampanyekan sekaligus mensosialisasikan doktrin Islam yang toleran dan anti kekerasan melalui media sosial akun-akun pribadinya. Sehingga santri dapat menjadi penggerak utama untuk persatuan, perdamaian dan ketertiban berbangsa maupun bermasyarakat.

Ditulis oleh: Vika Rachmania Hidayah