Semarang – (02/09) Sebuah falsafah Jawa yang disampaikan oleh KH. Mohamad Arja’ Imroni dalam Iftitahul Ta’lim pondok pesantren Life Skill Daarun Najaah.
Mahasiswa yang memilih tinggal di pesantren dinilai sangat beruntung karena dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh santri.”Kalau di kos gak ada yang mau diajak atau mengorganisir. Kreativitas itu ya karena kita berkumpul kemudian berinteraksi dengan banyak orang”, terangnya.
Sehubungan dengan itu, KH. Mohammad Arja’ Imroni menerangkan tentang sebuah falsafah yang didapatkannya dari seorang Kyai di Yogyakarta.Bahwa seorang petani sebelum menanam padi ke lahan yang lebih luas, terlebih dahulu menyemai benih di dalam sebuah petakan kecil berukuran sekitar 10 x 10 cm. Ketika benih tersebut sudah mencapai tinggi sekitar 25 cm, petani akan menanamnya di lahan sawah yang lebih luas.
Begitulah perumpamaan seorang santri dalam sebuah pesantren.”pesantren ini adalah tempat untuk menanam benih yang berkualitas”, katanya.
Selain itu, hidup di pesantren kelebihannya adalah diampu oleh seorang Kiyai yang memiliki sanad keilmuan agama.Sedangkan konsep keberkahan dalam dunia keilmuan hanya didapatkan dalam pesantren.”Tinggal di pondok, berapapun ilmu yang didapat insyaallah barokah”, pesan beliau. (Sekarsari)